Minggu, 06 Maret 2011

sepucuk surat terakhir dari emak


Surat Terakhir Mak
Oleh :Taniya Rachmawati
Syawal 2008
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar….
LaailaahaillaahuAllaahuakbar, AllaahuakbarWalillaahilhamd….
Alunan takbir terdengar merdu di telinga.Tak terasa Syawal dah balek lagi. Rasa happy di hati tak terkira karena nak bertemu mak. Mak yang selalu kurindu dan akan selalu kucinta.
Nampak dari jaoh rumah tua yang masih bersih dan terawat. Rumah mak yang telah lama kutinggalkan dansekalipun tak pernah kukunjungi.
Tapi entah mengapa ada perasaan mengganjal yang timbul di hati, yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
Ya, rasa itulah yang akhirnya membawaku sampai kesini, ke daerah ini.
“Mak, mak, Assalamu’alaikum”  ucap ku dan adek sambil ketok pintu.Tak ada jawaban dari dalam. Apa mak sedang tidor? Tanya hatiku. Ku ucapkan salam sekali lagi. Tapi hasilnya tetap sama,  tak ada jawaban. Dengan tekad kuat langsong kupegang handel pintu dan kubuka pintunya.
Sepi. Begitulah suasana di dalam rumah.Tak ada canda tawa dan rasa riang yang dulu pernah ada. Kemana semuanya? Hatiku terus bertanya. Tapi tetap tak dapat jawaban. Kemana mak? Apa mak kerumah tetangga sebelah? Ah, semua pertanyaan itu, tak ada jawabannya.
Ku arahkan mataku kesekeliling ruangan. Tepat di ujung kanan sana terlihat sesuatu yang menarik perhatianku. Apa itu?
Ku dekati meja yang menjadi pusat perhatianku. Ku berjalan selangkah demi selangkah. Aku melihat diatas sana ada sebuah lukisan dan sepucuk surat.
Kuraih sepucuk surat yang terlihat usang, berdebu dan telah di makan usia itu. Kubuka surat tersebut dengan hati yang tidak karuan. Surat apa ini? Hatiku terus bertanya.

Buat anak mak tercinta
Alung dan Adek
Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Untuk anak-anak yang sangat mak rindukan.
        Masa berlalu sangat cepat sekali. Mak teringat sangat, karena adek suka maen dokter-dokter. Sampai corong air mak pun di buat maen dokter-dokter. Adek minat sangat nak jadi dokter. Tapi selalunya mak yang jadi dokter adek.

15 tahun yang lalu…
“Mak, mak kaki adek luka mak” terlihat darah berceceran di kaki adek. “Tak apa dek, biar mak yang jadi dokter adek” ucap mak sambil membersihkan luka. “Mak, nanti adek nak belajar rajin-rajin, karena besar nanti adek nak jadi dokter” pinta adek. “Kalo mak saket, biar adek yang jadi dokter mak” sambung adek.
Kadang kala mak bertanya, adakah boleh suatu saat anak-anak lakukan perkara yang sama buat mak? Mak minta maaf jika terlalu mendesak adek dan along belajar sungguh-sungguh. Adek rajin. Along pula rajin. Along nak buat lukisan keluarga tapi menurut along lukisannya tak cantek, dan mak coba tolong. Walaupun along cakap lukisan along tak cantek, pada mak itu adalah lukisan paling cantek yang pernah mak lihat.
Along nak jadi photographer. Along kata nak ambil gambar kita keluarga selalu.
“Mak, jika Along besar nanti, along nak photo kita sekeluarga ya mak” ucap Along. “Ya along sayang, buah hati mak.Mak selalu berdoa agar along dan adek masa nanti menjadi orang sukses” jawab mak.
Ramadhan 2007
Sekarang along dah jadi photographer terbaek. Tapi, ini masa belum ambel gambar kita sekeluarga. Sementara itu, lukisan along mak gantong dalam bilik mak. Itulah satu-satunya gambar keluarga kita yang mak punya.
Masa berlalu sangat cepat. Adek dan along dah berjaya. Cuma kadang kala, bukan mak tak tau along dan adek sibuk. Tapi mak rasa hidop mak ni sunyi sangat tanpa kalian.
Mak rindu sangat akan kalian. Banyak orang cakap mak gila, karena selalu tunggu anak-anak mak di jendela. Mak tak pernah dengar apa kata orang. Karena itu adalah hiburan buat mak. Mak lakukan semua ni buat anak-anak mak tercinta.
Pernah mak telpon along dan adek, tapi tak pernah diangkat. Mak tau  along dan adek sangat sibuk. Tapi suatu hari tu mak memang sangat terdesak, mak sakit keras. Tak ada yang menjenguk mak. Jadi mak telepon anak-anak. Tapi seperti biasa, semuanya sibuk. Tak pernah angkat telpon mak.
Terdengar deringan telpon dan langsung diangkat. “Hai mak, mak  pakabar” Tanya adek saat mak telpon. “Dek, mak sehat mak cuma… “ (uhuk-uhuk) terbatok-batok mak. “Mak tunggu sekejap,  nanti adek telpon balek. Adek banyak pasien” jawab adek ketus.
Kenapa adek tak mau jawab telpon mak? Mak rindu sangat akan adek. Apakah adek tahu tiap hari mak kesepian Karena tak ada adek dan along? Karena tak ada kalian berdua. Mak tahu mak sudah tua dan mungkin terlalu berlebih meminta perhatian kalian. Tapi itu semata-mata karena mak kesepian, karena mak di rumah Cuma sendirian.
Mak sangat rindu pada kalian. Mak selalu berdoa tiap sujud mak agar kalian selalu di lindungi Allah. Mak tak pernah minta kalian bayar semua pengorbanan mak. Hanya satu yang mak minta, doakan mak dalam setiap shalat kalian. Hanya itu.
Bilamana mak telah tiada. Mak Cuma nak cakap, mak rindu sangat dengan adek dan along. Jika berdosa mak membesarkan kamu berdua, mak mohon adek dan along amponkanlah mak.

Salam Sayang Mak

Seluruh tubuhku terasa bergetar hebat setelah membaca surat ini. Aku sangat menyesal atas semua kejadian ini. Jika waktu bisa di ulang, takkan kubiarkan mak sendirian di kampong.
Mak, maafkan lah kesalahan anakmu ini mak! Aku akan selalu berdoa di setiap sujudku agar mak di terima dengan tenang di sisi-Nya…
Hargailah mereka, Karena sebagian kami, Tidak pernah merasakan kehadiran mereka..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar